Kegiatan Sosialisasi Politik di Matim, Adhi Candra: Gagal Mempersiapkan Berarti Mempersiap Kegagalan

Editor: Jurnalis author photo


liputan6online.com
| NTT- Lembaga Academia Politician melakukan sosialisasi politik kepada seluruh partai politik di Manggarai Timur yang dilaksanakan pada senin 18 oktober 2021 di coffee Rana Loba Borong.

Dalam kesempatan itu direktur academia politician yang juga Akademisi dan Coach Politik Nasional yang belasan tahun menggarap dunia Strategy Branding dan Komunikasi politik  Bonggas Adhi Chandra mengatakan bahwa trend dan tantangan Pemilu serta Pilkada Tahun 2024 di NTT, dipengaruhi oleh data perolehan suara pada Pemilu 2019 yang lalu. Dipaparkan, Nasdem, Golkar dan PDIP adalah 3 Partai terbesar di Legislatif Propinsi dan Kabupaten-Kota.

Lebih lanjut kata Bonggas, bahwa  PDIP dan Golkar mendapat 10 kursi sedang Nasdem 9 kursi. Di Kabupaten/Kota, Nasdem menang di 10 wilayah sedangkan PDIP di 9 wilayah menyusul Golkar di 6 wilayah. “Tingkat keberhasilan Petahana di Propinsi NTT sangat kecil karena hanya 25 Petahana bertahan dari 65 kursi yang ada di 2019. Di tingkat Kabupaten/Kota pun persentase kemenangan Petahana Legislatif ada di angka rata – rata 45% dengan minimal di Kabuaten Ende dan Malaka 36% dan tertinggi di Kabupatn Kupang dengan 70%. Sedangkan Tingkat partisipasi pemilih dalam Pileg 2019 persentasenya 79,99% berbanding dengan Pilpres 77,82%,” ujarnya

Selain itu, dikatakan Bonggas, data dan trend Pilkada 2024 menunjukan Golkar (10) dan Nasdem (8) kursi menjadi Parpol yang terbanyak memenangkan Paslonnya di Pilkada 2017-2018-2020 dan disusul oleh Gerindra (8) kursi. “Posisi Petahana tidak menjamin kemenangan, dimana data tahun 2017, 3 Pilkada- 3 Petahana – 3 Menang, Data 2018, 10 Pilkada – 10 Petahana – 1 Menang, Data 2020 : 9 Pilkada – 8 Petahana – tidak ada yang menang,” bebernya.

Ia (Bonggas) menguraikan, parpol besar tidak selalu memihak Petahana dan menggantungkan diri pada approval rating dan survei terakhir. Paslon Independen tidak begitu populer di NTT, karena terdapat hanya 9 Paslon sepanjang 3 Pilkada dan hanya menang di 1 Kabupaten yaitu kabupaten Sikka.

“Dampak Pilkada serentak 2024 adalah 13 daerah di NTT akan digantikan oleh PJS/PLT dan Incumbent memiliki pengaruh kecil terhadap mesin Birokrasi,” ujarnya Bonggas.

Ia berpesan kepada para Bacaleg dan Bacakada yang akan bertarung pada Pemilu dan Pilkada 2024, agar mempersiapkan diri sebaik mungkin karena gagal mempersiapkan berarti mempersiapkan kegagalan.

 “Jangan mulai di ujung, atur strategi dan atur ‘nafas’ sampai pertempuran di 2024. Khusus incumbent legislatif manfaatkan waktu sebaik mungkin dan jangan terlena. Khusus incumbent kepala daerah, terlebih yang diganti PJS, persiapkan strategi yang berbeda dan lebih tajam dan independen secara finansial agar bisa menjalankan kompetisi dan program tanpa intervensi pihak lain,” katanya.

Bonggas juga menjelaskan pentingnya memanfaatkan semaksimal mungkin media sosial. “Di 2024 lebih dari 50% pemilih adalah Millenial dan Gen Z yang aktif di Medsos, untuk itu maka jangan percaya pada anekdot Belanda masih jauh. Itu adalah pemahaman yang salah bagi para calon politisi jika mau maju dan menang nanti,” tutupnya.
Sementara yang mewakili semua partai politik yang hadir dalam kesempatan itu, Damu Damian yang merupakan ketua DPC partai perindo yang juga wakil ketua II anggota DPRD Manggarai Timur mengatakan bahwa dirinya mengapresiasi atas kesempatan yang diberikan kepada semua partai politik di Manggarai Timur untuk terlibat dalam diskusi yang difasilitasi oleh Academian Politician.

"Kegiatan ini merupakan sebuah pelajaran berharga bagi kami  para politisi di Manggarai Timur. Oleh karenanya apa yang kami dapat hari ini menjadi hal yang paling berharga agar kami terus berkiprah didunia politik sehingga mampu merubah cara pandang publik tentang politik",pungkas Politisi Perindo itu. (L6OC/Eposth Ngaja)
Share:
Komentar

Berita Terkini