Warga Penerima Program Rutilahu Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Kembali Mengeluh

Editor: Liputan 6 author photo
Warga penerima program Rutilahu mengeluh (liputan6online.com/Sendi)

liputan6online.com I CIREBON - Polemik Program Rutilahu Disperkim di Desa Setu Wetan, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat kembali terjadi. Pasalnya, warga penerima bantuan renovasi rumah mengeluh dikarenakan atap rumah kembali bocor hingga dimasuki air hujan.

Saat ditanyai, Imron selaku pemilik rumah juga warga penerima manfaat mengatakan bahwa bocornya rumah tersebut setelah adanya renovasi dari program Rutilahu.

Sebelumnya, rumah tidak pernah mengalami atap bocor bahkan setelah renovasi selesai dan setelah atap rumah diganti dengan atap genteng yang baru justru malah bertambah parah. Akibatnya disetiap ruangan digenangi air hujan,"katanya kepada wartawan Selasa (28/12/21).

Dikatakannya, bahwa ia telah menyampaikan keluhan atas kondisi itu kepada pelaksana program Rutilahu LPM Desa Setu Wetan. Namun sayang keluhannya belum mendapat respon dan justru ia mendapatkan tekanan dari pihak pelaksana dengan alasan atap rumah itu bocor karena kesalahan dari tukang (pekerja).

"Hal itu sudah saya sampaikan kepada pelaksana kegiatan LPM Desa Setu Wetan, jika rumah saya bocor setelah dilakukannya renovasi. Namun belum ada tindakan malah mereka mengatakan jika itu kesalahan dari tukang. Lantas saya sampaikan kesalah satu tokoh masyarakat hal tersebut untuk meminta  petunjuk dan arahannya dan malah LPM seperti menyalahkan saya,"sebut Imron.

Hal tersebut terbukti ketika awak media datang berkunjung kerumah Imron, yang didampingi oleh tokoh masyarakat dan sekretaris DPC XTC Indonesia Kabupaten Cirebon yakni Hadi Jarot. 
Secara kebetulan saat itu turun hujan dan ia melihat langsung jika rumah warga tersebut mengalami hingga air menggenangi ruangan.

Hadi Jarot berpendapat bahwa bocornya atap rumah hasil renovasi program Rutilahu itu bukanlah kesalahan tukang. Namun diduga karena atap genteng yang dipasang berbeda merk dan  ukuran. Disinyalir ada perbedaan antara merk yang satu dengan yang lainnya.

"Menurut saya itu disebabkan karena atap genteng yang dipasang diduga berbeda merk. Disini saya melihat aya ada 3 merk yang berbeda dan tiap merk berbeda ukuran. Jika dipasang tentunya tidak akan pas,l dan jelas akan ada sedikit celah yang bisa menyebabkan air  masuk dikala hujan turun,"jelas Hadi Jarot.

Menanggapi hal itu, tokoh masyarakat setempat yakni Yogi, yang saat itu juga melihat langsung bocornya atap rumah dari hasil lrogram Rutilahu, dirinya sangat prihatin dengan kondisi tersebut. Sebab seharusnya hasil dari program tersebut bukan menjadikan hunian menjadi lebih layak. Justru malah merugikan.

Yogi, menyampaikan disaat hujan turun  anak-anak dari Imron ada yang mengungsi kewarung bahkan Musholla. 

"ini sangat memprihatinkan harusnya penerima ini memiliki rumah yang lebih layak setelah direnovasi tapi kenyataan nya malah lebih parah dari sebelumnya, kalau sudah hujan begini, anak-anak beliau ada yang sampai harus mengungsi ke musholla" ujar yogi.

Yogi, berharap agar pihak-pihak yang terlibat dalam program Rutilahu itu dapat memberikan solusi serta bertanggung jawab penuh dengan kondisi yang dialami oleh salah satu penerima program Rutilahu tersebut.

"Saya harap semua pihak yang terlibat bertanggung jawab dan dapat ditindaklanjuti secepatnya serta memberikan solusi terbaik bagi penerima,"pungkas Yogi. (L6OC/Sendi)
Share:
Komentar

Berita Terkini