liputan6online.com | NTT- Gregorius Cahaya Ika putra asal Balus Permai Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur merupakan salah seorang pelukis sketsa wajah dengan menggunakan alat seadanya.
Awal mula pria yang akrab disapa Ekos ini simpatik dengan melukis sketsa wajah karena pada tahun 2016 dirinya mengikuti kursus komputer di Ruteng. Disaat itu juga dirinya belajar melukis sketsa waja dengan temannya dari Ende sambil mengikuti proses kursus komputer selama 6 bulan.
Setelah itupun dirinya melanjutkan ke pendidikan tinggi di Malang yaitu dikampus Universitas Tribuana dan mengambil jurusan Arsitek landscape.
Dikampus tersebut Ada UKM seni Lukis. Agar bisa tergabung dalam UKM ini setiap mahasiswa baru wajib mengikuti seleksi yaitu melalui perlombaan. Tak disangka dirinya meraih Predikat pertama dalam kegiatan lomba yang diselenggarakan UKM tersebut.
Saat memasuki semester VII dirinya memutuskan untuk cuti sebab ayah kandungnya mengalami sakit berat. Berharap pada semester berikutnya ayah dari Ekos ini sembuh, namun semuanya itu sia-sia. Hingga akhirnya Ekos memilih untuk kembali kekampung merawat sang ayah.
Hingga pada bulan mei tahun 2021 ayahnyapun meninggal dunia.
Semangat melukis sketsa wajah tak pernah terhenti untuk terus berkaria. Dengan alat seadanya berupa Pensil ukuran 2B dengan penghapus serta kertas gambar bukan menjadi penghalang baginya untuk terus melukis.
Namun hingga saat inipun hasil lukisanya belum pernah diperjual belikan sebab alasannya karena alat lukisannya masih belum efektif karena masih menggunakan alat yang sederhana.
Ketika tim media ini menanyakan kenapa hasil gambarnya tidak diperjualbelikan?
Namun alasan sederhana yang dilontarkan dari mulutnya bahwa dirinya tidak mau kecewakan pelanggan yang berkaitan kualitas gambarnya Sebab alat-alat lukisnya belum lengkap atau masih sederhana.
Drinyapun berharap kepada pemerintah daerah agar senantiasa adakan lomba dibidang seni terlebih kusus seni melukis sketsa serta memberikan Fasilitas bagi para seniman terlebih dibidang Lukis. (L6OC/Eposth Ngaja)
