Tak Ada Jembatan, Warga Elar Selatan Gotong Motor Sebrangi Sungai

Editor: Jurnalis author photo


liputan6online.com
| NTT- Beberapa wilayah di Kabupaten Manggarai Timur, nyatanya masih dihadapkan terbatasnya infrastruktur. Khususnya desa dan kelurahan di wilayah Elar Selatan. Tak sedikit desa di wilayah itu masih dikategorikan terisolir. Salah satunya Desa Mosi Ngaran dan Desa Nanga Meje. 


Keterbatasan infrastruktur, masih menjadi permasalahan mendasar di dua desa ini. Masayarakat di dua Desa ini sudah pernah mengusulkan adanya pembangunan jembatan, baik di Kampung Wirung Desa Nanga Meje, maupun di Wae Saok desa Mosi Ngaran yang menghubungkan desa tersebut dengan desa di Kabupaten tetangga.

Naasnya, ketika banjir, warga tersebut terisolir. Kalaupun harus ke Kota, warga harus memutar sejauh puluhan kilo meter. Namun tak sedikit warga yang nekat menyeberang meski arus sungai sangat deras. Bahkan nekat menggotong motor mereka menyeberangi arus sungai Wae Mapar wilayah tersebut.

Semisalnya, Warga Woko Ledu, Desa Mosi Ngaran Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur Flores, NTT terpaksa memikul kendaraan roda duanya saat melintasi Kali Wae Mapar

Hal itu terpaksa dilakukan lantaran tidak ada jembatan yang menghubungkan Desa di Kabupaten Ngada dengan Desa Mosi Ngaran, Kabupaten Manggarai Timur.

Salah seorang warga Woko Ledu, Desa Mosi Ngaran yang enggan namanya dimediakan mengatakan sejak Indonesia merdeka, warga di Desa ini ingin mendapatkan perhatian dari pemerintah dengan dibangunnya infrastruktur jembatan.

"Saat musim hujan mobil maupun sepeda motor tidak bisa melintasi Sungai Kali Wae Mapar karena debit air yang sangat besar", kata Sumber itu pada Rabu,(8/12/2021).

Dikatakan sumber itu, ketika musim kemarau, mobil dan sepeda motor bisa melewati sungai namun warga harus membuat tumpukan batu di tengah sungai secara swadaya bahkan perorangan.

Menurutnya, Desa Mosi Ngaran memiliki hasil pertanian yang banyak seperti Kopi, kemiri, Kakao, Padi, Vanili yang selalu dijual ke Kota Bajawa.

"Potensi di sini luar biasa kaya pak. Itu tadi, kendalanya di jembatan saja. Mau jual hasil tani susah sekali. Apalagi kalau musim hujan, kami harus bertaruh nyawa melawan derasnya air sungai. Kondisi itu terpaksa kami lakukan demi kebutuhan ekonomi keluarga," pungkasnya. (L6OC/Eposth Ngaja)
Share:
Komentar

Berita Terkini