Belum Sebulan Dikerjakan, Proyek Patching di Jalur Trans Flores Kini Sudah Rusak Parah

Editor: Jurnalis author photo


liputan6online.com
| NTT- Proyek Patching yang biasa disebut penambalan di jalur Trans Flores dari perbatasan Kabupaten Manggarai Timur menuju kota Ruteng, Ibukota Kabupaten Manggarai, baru sebulan dikerjakan rusak lagi.


Padahal, proyek milik Kementrian PUPR
yang dikerjakan oleh PT. Floresco Aneka Indah itu anggaran cukup fantastis yakni Rp.12.454.935.000,00.

Warga Manggarai Timur Dominikus Nardin Tegu menyoroti buruknya kualitas pekerjaan yang diduga asal jadi tersebut.

Menurutnya, pengerjaan tambal sulam yang cepat rusak disebabkan lemahnya pengawasan dari konsultan pengawas lapangan.

“Konsultan pengawas mestinya memperhatikan betul selama proses pengerjaan. Saya menilai konsultan pengawas datang dilokasi untuk menonton bukan untuk mengawasi. Kalau mengawasi mestinya apa yang salah secara teknis langsung diperbaiki,” ujarnya kepada media ini, Senin (18/04/2022)

Ia menduga, pekerjaan Patching hotmix tersebut lebih banyak uangnya masuk ke kantong pribadi kontraktor sehingga mengabaikan kualitas.

“Baru sebulan dikerjakan sudah rusak. Seharusnya bisa digunakan untuk jangka panjang. Dugaan saya banyak dana masuk ke kantong kontraktor sehingga mengabaikan kualitas proyek,” ungkapnya.

Hal lain disampaikan Dominikus bahwa  tumpukan material hasil bongkaran aspal yang dibuang di pinggir jalan.

“Pecahan sisa aspal hotmix yang tercecer dipinggir jalan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan. Mestinya material itu dibuang ditempat yang nyaman,”jelasnya.

Dirinya meminta PT. Floresco Aneka Indah segera memperbaiki karena masih dalam pelaksanaan pengerjaan.

“Jangan sampai kerusakan dibiarkan begitu saja. jika terus dibiarkan, maka kerusakan semakin parah”, ungkapnya.

Seorang pengendara kendaraan roda dua bernama Robi Hasrin mengatakan, dalam pengerjaan tambal sulam jalur Borong-Ruteng rawan kecelakaan, lantaran badan jalan yang sudah digali tidak langsung diperbaiki.

“Memang ada rambu yang dipasang pada titik pengerjaan jalan. Namun itu tidak cukup, seharusnya setelah selesai digali langsung dikerjakan sampai tuntas, semisal, dituangkan agregat dilubang yang sudah digali. Lalu dilakukan pemadatan dengan menggunakan vibratory roller sampai rata. Kemudian, hamparkan adonan aspal di atas agregat,” beber Robi.

Sementara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Djibrael Tuka Rohi enggan memberikan komentar terkait minimnya kualitas proyek yang dikerjakan. (L6OC/Eposth Ngaja)
Share:
Komentar

Berita Terkini